POLITEKNIK HASILKAN LULUSAN SIAP KERJA BUKAN SIAP TRAINING

2018-03-15 | Dibaca 1 kali

POLITEKNIK HASILKAN LULUSAN SIAP KERJA BUKAN SIAP TRAINING

 

Sejalan dengan upaya menjadikan perguruan tinggi Politeknik sebagai incaran bagi calon mahasiswa, Menteri  Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir terus mendorong Politeknik untuk berbenah diri. Cara pandang masyarakat terhadap Politeknik ke depan harus berubah. Selama ini Politeknik seolah seperti perguruan tinggi kelas dua. Pada hal, lulusan Politeknik saat ini sangat kompeten dan dibutuhkan pasar kerja, ujar Menristekdikti saat memberikan arahan pada Rapat Koordinasi Forum Direktur Politenik se-Indonesia di Kota Batu, Malang, Jawa Timur pada hari Senin, 12 Maret 2018.

Dalam acara ini, hadir juga Ketua FDPNI Rahmat Imban Tritjahjono, Direktur Jenderal Kelembagaan Iptek dan Dikt Kemenristekdikti Patdono Suwignjo, Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Ali Ghufron Mukti dan Staf Ahli Menristekdikti Bidang Infrastruktur Hari Purwanto.

Menristek juga mengatakan bahwa kebutuhan dunia industri yang menuntut kompetensi lulusan Politeknik harus di match dengan learning outcome yang ada di Politeknik. Beberapa cara yang ditempuh pemerintah bersama-sama dengan Politeknik diantaranya adalah dengan merancang program Multi Entry Multi Outcome (MEMO) bagi mahasiswa Politeknik. Nantinya, mahasiswa dapat memilih berbagai alternatif perkuliahan yang memungkinkan mereka untuk langsung bekerja di industri dengan tetap dapat kembali lagi ke kampus (kuliah).

Tahun pertama misalnya, mahasiswa dapat sertifikat KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) leve 3, terus mau bekerja, kembali lagi dia ke kampus itu bisa melanjutkan ke tahun ke dua. Tidak ada DO (drop out), istilahnya zero DO, jelas Menristekdikti.  Terkait penilaian akreditas, Menristekdikti menyebutkan banyak Politeknik yang sebenarnya berkualitas, namun belum mendapat akreditasi yang baik.

Sementara itu, Ketua FDPNI Rahmat Imbang menyebutkan kajian skema MEMO ini masih membutuhkan beberapa penyesuaian dan penyelerasan peraturan. Diantaranya penyesuaian kurikulum, instrument penilaian BANPT, pangkalan data pendidikan tinggi (untuk menjamin keabsahan ijazah dan sebagainya). Instrumen yang digunakan BANPT adalah instrument pada akademik. Sementara Politeknik aspek akademiknya hanya 30 persen, 70 persennya adalah praktek. Ini gak nyambung. Jadi harus ada instrument khusus untuk penilaian Politeknik, imbuhnya. Untuk itu, dialog dengan BAN PT akan sesegera mungkin dilakukan pihaknya guna mengatasi persoalan tersebut.

Pada kesempatan yang sama, Menrisetekdikti juga menyebutkan bahwa pihaknya telah mendapatkan  tawaran yang sangat baik bagi para mahasiswa Politeknik. Tawaran tersebut datang dari Taiwan yang menawarkan beasiswa dengan kuota hamper 6000 mahasiswa. Para Direktur saya mint untuk berkolaborasi dengan perguruan tinggi di Taiwan dan anak didiknya agar disiapkan untuk masuk ke Taiwan baik di perguruan tinggi maupun industri disana, ujarnya.

Berita Politeknik


Galeri Kegiatan